Thursday, April 30, 2009

Flu BABI: Sejarahnya, Penyebarannya dan Langkah Pencegahannya


Flu Babi! Minggu-minggu ini dunia sedang disibukkan oleh flu babi, yang sebetulnya lebih tepat disebut sebagai flu tipe A yang disebabkan virus H1N1. Atau bila merujuk bahwa yang terkena paling banyak di Meksiko, bisa disebut flu meksiko. Berikut ini adalah berita-berita seputar flu babi atau flu meksiko dari berbagai media.

WHO Tak Konsisten, Menkes Pertanyakan Fase Penularan Flu Babi
Selasa, 28 April 2009 | 14:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mempertanyakan sikap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang tidak konsisten terkait penetapan fase penularan virus H1N1 atau yang biasa disebut flu babi (swine flu).

“WHO justru menurunkan status fase penularan virus H1N1 (flu babi) menjadi fase empat, yaitu penularan virus ke manusia masih dalam kelompok kecil, padahal seharusnya sudah fase lima,” kata Siti Fadilah Supari dalam jumpa pers di Gedung Depkes, Selasa (28/4).

Ia menyesalkan ketidakkonsistenan WHO dengan sikapnya yang meminta untuk menutup sekolah, rumah makan, dan melarang masyarakat menonton pertandingan sepak bola. “Ini ada apa saya tidak tahu dan menurut saya sudah aneh. Hari ini (WHO) menurunkan menjadi fase 4, ini adalah tanda tanya besar. Karena sudah tidak konsisten dengan sikapnya beberapa waktu lalu,” ujar Siti.

Menurutnya, fase penularan virus H1N1 sudah sampai pada fase 5, yaitu infeksi virus kepada manusia dengan penularan yang semakin meluas. Hal ini ditegaskan dengan tingginya jumlah kematian akibat terinfeksi virus H1N1 yang mencapai 149 orang di Meksiko.

Namun, Siti enggan berkomentar soal dugaan kesengajaan terkait munculnya virus H1N1 ini. “Apakah disengaja atau tidak, saya tidak bisa katakan. Tapi kemungkinan-kemungkinan apa pun kan bisa terjadi,” jelasnya.

Siti menegaskan, virus tersebut dipastikan tidak bisa menyerang Indonesia dengan kondisi suhu yang tropis. Menurutnya, virus H1N1 hanya berkembang di negara dengan empat musim seperti Meksiko. Namun, ketika disinggung bahwa Meksiko juga memiliki daerah yang bersuhu tropis seperti Indonesia, Siti enggan menjelaskan.”Saya tidak tahu kalau H1N1 bisa (berkembang) di musim tropis, kalau sudah berubah berarti dia sudah bermutasi,” jawabnya.

Depkes telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi, seperti memasang 10 thermal scanner untuk mendeteksi suhu badan di terminal kedatangan 10 bandara internasional di Indonesia. Tetapi menyangkut travel warning ke negara-negara yang terjangkit, Indonesia masih belum mengeluarkan, hanya travel adviser saja.

Sumber Kompas

WHO Naikkan Level Pandemi
Rabu, 29 April 2009 | 05:26 WIB

MEXICO CITY, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia meningkatkan level peringatan pandemi menjadi level 4. Hal itu mengindikasikan risiko pandemi flu babi sudah di depan mata.

Level peringatan pandemi ditingkatkan setelah para ahli menggelar pertemuan darurat, Senin (27/4) di Geneva, Swiss. Level 4 berarti virus flu babi telah menunjukkan kemampuan terus-menerus untuk menular dari manusia ke manusia dan bisa menyebabkan penularan pada level komunitas.

”Apa yang bisa diinterpretasikan dari semua ini adalah langkah signifikan ke arah pandemi influenza. Akan tetapi, ini juga fase yang mengatakan, kita belum sampai ke sana (pandemi),” kata Asisten Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Keiji Fukuda.

Menurut Fukuda, penyebaran virus flu babi yang pertama kali dideteksi di Meksiko itu sudah tidak bisa dibendung lagi. Virus flu subtipe H1N1 itu sudah terlalu luas penyebarannya sehingga pembendungan bukan lagi pilihan yang mungkin dilakukan. Negara-negara kini harus fokus pada pengurangan dampak virus tersebut.

Fukuda menambahkan, para ahli tidak merekomendasikan penutupan perbatasan atau larangan perjalanan. ”Dengan begitu luasnya penyebaran virus flu babi, penutupan perbatasan dan larangan perjalanan benar-benar hanya berdampak kecil untuk menghentikan pergerakan virus,” ujarnya.

Hingga Selasa, beberapa negara telah mengonfirmasi kasus flu babi, yaitu Israel, Selandia Baru, dan Skotlandia. Australia dan Selandia Baru melaporkan, lebih dari 100 orang diduga terinfeksi virus flu babi.

Negara lain, seperti Hongkong dan Korea Selatan, melakukan tes terhadap sejumlah warga negaranya yang diduga terjangkit flu babi. Otoritas China juga memeriksa beberapa orang yang menunjukkan gejala-gejala mencurigakan.

Di Eropa, kasus yang dicurigai sebagai kasus flu babi tengah dimonitor di beberapa negara, yaitu Denmark, Perancis, Irlandia, Swedia, dan Swiss. Pemerintah Amerika Serikat juga menyatakan darurat kesehatan publik karena sudah ada 44 kasus di lima negara bagian.

Menteri Kesehatan Meksiko Jose Angel Cordova mengatakan, jumlah korban tewas akibat flu babi bertambah menjadi 152 orang. Sebanyak 20 orang telah dikonfirmasi terjangkit flu babi.

Cordova mengatakan, kasus pertama flu babi di Meksiko dicurigai berasal dari sebuah peternakan babi di Negara Bagian Oaxaca. Namun, ia menekankan, tidak ada yang tahu titik asal maupun penyebaran virus itu.

Sejauh ini, korban terbanyak akibat flu babi berusia 20-50 tahun. Pandemi yang terjadi pada masa lalu ditandai oleh tingginya kematian di kalangan mereka yang berusia muda.

Sumber Kompas


Babi, “Tempat Koalisi” Gen Virus Flu
Rabu, 29 April 2009 | 05:21 WIB

KOMPAS.com - Setelah lama kita tidak mendengar kasus flu burung, kita dikejutkan dengan munculnya flu babi di Meksiko. Sejak Maret lalu dilaporkan sudah 103 orang meninggal dunia.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Margaret Chan telah memperingatkan potensi pandemi itu. Mobilitas orang dan produk pertanian secara internasional sangat mungkin menyebabkan perpindahan virus yang menjadi penyebab flu itu.

Para peneliti berjuang keras untuk mengetahui karakter virus yang menyerang itu. Secara umum, babi merupakan tempat bertemunya berbagai jenis virus, baik yang menyerang babi itu sendiri, unggas, maupun manusia.

”Meminjam istilah politik, di dalam tubuh babi memungkinkan terjadinya koalisi sempurna di antara virus flu. Di dalam tubuh babi, koalisi di antara berbagai jenis virus terjadi. Hasilnya akan memunculkan virus baru yang mengandung material para pendukungnya dengan sifat yang baru pula,” kata peneliti dari Pusat Penyakit Tropis dan juga dosen Universitas Airlangga, CA Nidom.

Tubuh babi merupakan wahana pencampur (mixing vessel) alias tempat koalisi berbagai jenis virus itu. Di dalam tubuh babi virus flu dengan berbagai tipe dan subtipe itu bisa bercampur dan menghasilkan ”anak” virus dengan karakter yang baru.

Nidom menjelaskan, hingga saat ini memang hanya di tubuh babi proses pencampuran material genetik virus flu burung mudah terjadi. Hewan ini memiliki perangkat biologis yang memungkinkan pencampuran material genetik virus itu. Ia sendiri meneliti kemungkinan proses itu terjadi pada hewan mamalia lain, seperti kucing dan anjing. Namun, sampai sekarang ia belum menemukan proses itu terjadi di kedua hewan itu.

Mereplikasi

Pencampuran material genetik bermula ketika virus itu masuk ke tubuh babi. Virus flu manusia dan virus flu babi masuk ke sel epitel babi melalui reseptor alfa 2,6 sialic acid, sedangkan virus flu unggas masuk ke reseptor alfa 2,3 sialic acid. Babi memiliki kedua reseptor itu.

Di dalam sel babi virus ini mereplikasi. Pada saat virus-virus itu mereplikasi, di antara virus-virus itu bisa terjadi pertukaran material genetik atau yang dikenal dengan istilah antigenic drift. Masing-masing virus memiliki material genetik berupa delapan fragmen. Delapan fragmen itu adalah HA, NA, PA, PB1, PB2, M, NP, dan NS. Fragmen-fragmen itu bisa tertukar hingga terbentuk ”anak” virus dengan sifat yang berbeda.

Dalam kasus flu babi Meksiko, penataan ulang itu menghasilkan virus dengan struktur luar sama dengan ”induknya”, yaitu virus flu babi (karena itu virus ini tetap disebut subtipe H1N1), tetapi material di dalamnya berasal dari fragmen virus flu manusia dan flu unggas.

Di samping terjadi pertukaran material genetik, kemungkinan pula terjadi antigenic drift, yaitu fragmen-fragmen yang ada bermutasi. Bila ini yang terjadi, ”anak” virus memiliki material genetik yang lebih kompleks.

”Bila antigenic shift dan antigenic drift terjadi di dalam kasus flu babi di Meksiko, ini merupakan perubahan yang sempurna,” kata Nidom.

Nidom mengakui, ia termasuk yang yakin bahwa virus flu babi dan flu unggas untuk sampai menginfeksi manusia harus bertahap. Dalam kasus di Meksiko, ia menduga virus itu tertata ulang di tubuh babi, baru kemudian masuk ke tubuh manusia. Adaptasi virus terjadi pada orang yang pertama terinfeksi virus itu hingga kemudian menular ke orang dengan kecepatan tinggi.

Hingga saat ini diketahui bahwa virus flu babi di Meksiko ”berbahan dasar” dari virus yang tersebut tergolong low pathogenic, yaitu virus flu babi subtipe H1N1, virus flu manusia subtipe H1N1 dan H3N2, serta virus flu unggas subtipe H5N2.

Sebenarnya, tingkat keganasan virus flu unggas subtipe H5N1 yang mencapai 80 persen itu lebih besar dibandingkan dengan virus flu babi yang hanya 15 persen. Namun, dengan tingkat penyebaran yang lebih cepat, virus ini cukup menyentak kalangan ahli.

Dengan belum terungkapnya semua fragmen virus ini, di kalangan para ahli kesehatan hewan sendiri tengah terjadi perdebatan, apakah tepat menyebut virus yang mengarah ke pandemi itu disebut virus flu babi?

Nidom menjelaskan, dari kerangka dasar virus memang diketahui merupakan virus flu babi. Akan tetapi, isi atau fragmen virus itu terdiri dari fragmen virus flu manusia dan virus flu unggas.

”Sebab itu, masih diperdebatkan sebutan yang tepat terhadap virus itu apa,” kata Nidom.

Sumber: Kompas


7 Langkah Cegah Penyebaran Flu Babi
Selasa, 28 April 2009 | 18:53 WIB

BANDUNG, KOMPAS.com - Ada tujuh langkah yang ditempuh oleh Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan dalam mewaspadai dan mencegah penyebaran Virus H1N1 atau Flu Babi (Swine Flu).

Demikian dikatakan dalam surat edaran dari Menteri Kesehatan RI, Siti Fadilah Supari yang dibacakan langsung oleh Direktur Utama Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, Prof Dr dr Cissy RS Prawira SpA(K) MSc, di Ruang Pers RS Hasan Sadikin Bandung, Selasa.

Tujuh langkah tersebut ialah pertama, sudah terpasangnya thermal scanner (alat pendeteksi suhu tubuh) di terminal kedatangan bandara internasional, kedua, mengaktifkan kembali sekitar 80 sentinel untuk surveillance ILI dan Pneumonia baik dalam bentuk klinik atau virologi.

Ketiga, menyiapkan obat-obatan yang berhubungan dengan penaggulangan Flu Babi yang pada dasarnya adalh Oseltamivir yang sama untuk H5N1 (virus Flu Burung), keempat menyiapakan 100 rumah sakit rujukan yang sudah ada dengan kemampuan menangani kasus Flu Babi.

Kelima menyiapkan kemampuan laboratorium untuk pemeriksaan H1N1 (virus Flu Babi) di berbagai Laboratorium Flu Burung yang sudah ada, keenam, menyebarluaskan informasi ke masyarkat luas dan menyiagakan kesehatan melalui desa siaga.

Terakhir, simulasi penanggulangan Pandemi Influenza yang baru dilakukan minggu lalu di Makasar juga merupakan upaya nyata persiapan pemerintah dalam menghadapi berbagai kemungkinan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau Public health Emergency Internasional Concern (PHEIC) seperti Flu Babi.

Menurut Cissy, virus H5N1 jauh lebih berbahaya daripada virus H1N1, terutama di Indonesia (jika dilihat dari angka kematianya).

Dikatakannya, kemungkinan virus H1N1 tidak akan mampu hidup di daerah tropis seperti Indonesia, sedangkan H1N1 biasanya hidup di daerah empat musim (kecuali pada saat musim semi dan panas).

Sumber: Kompas


Demam Tinggi, Ayo Segera ke Dokter!
Selasa, 28 April 2009 | 18:40 WIB

MOJOKERTO, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Jatim, mengimbau warga yang sakit demam dengan suhu badan di atas 37 derajat selsius, agar segera berobat, memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat maupun dokter.

“Imbauan ini kami lakukan, guna mengatasi isu merebaknya virus flu babi di kalangan masyarakat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Noer Widijantoro, Selasa.

Ia mengemukakan, pemeriksaan dini tersebut perlu dilakukan, agar segera mendapatkan perawatan cepat dari petugas kesehatan.

Menurut dia, imbauan tersebut dilakukan, guna mengatasi kemungkinan timbulnya penyebaran virus flu babi yang saat ini banyak diresahkan warga dunia.

“Langkah ini kami ambil, karena hingga sekarang kami belum mendapatkan petunjuk dari Pemerintah Provinsi Jatim, terkait langkah penanganan virus flu babi,” katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya melakukan antisipasi dengan menerapkan standar dalam penanganan penderita flu burung.

Ia juga mengimbau, masyarakat tidak panik menanggapi maraknya flu babi di luar negeri. Karena, virus itu terjadi di kawasan dingin bukan di kawasan negera bersuhu tropis.

“Saya baru dapat informasi dari Surabaya, jika pada Kamis (30/4) ada rapat di Pemprov Jatim. Kemungkinan rapat nanti membahas masalah flu babi,” katanya menambahkan.

Selain itu, dinkes juga akan berkoordinasi dengan dinas terkait seperti Peternakan dan perdagangan dalam mengawasi peternakan babi, dan penjualan daging babi di Mojokerto.

Meskipun peredaran daging babi di wilayah ini terbatas. Langkah yang akan diambil yaitu mengimbau peternak babi agar tidak menjual babi yang sakit ke masyarakat.

Sementara Leim, salah seorang pedagang daging babi di Kota Mojokerto mengatakan, maraknya berita flu babi sampai kini belum membawa pengaruh terhadap menurunnya omzet penjualan.

Karena, pembeli daging babinya terbatas pada orang-orang keturunan saja. “Sampai sekarang omzet penjualan daging babinya sehari tetap 30 kg,” katanya.

Menurut bapak dua anak ini, daging babinya itu dibeli dari pemasok daging babi dari Surabaya. “Daging babi yang saya jual dikalangan terbatas selalu sehat. Karena kata pemasok, sebelum babinya disembelih lebih dulu diperiksa petugas peternakan,” katanya.

Sumber KOmpas


29/04/09 10:16
Pejabat AS Ingin Cabut Kata “Babi”

Washington (ANTARA News/Reuters) - Bagi sebagian orang “nama” bisa tidak berarti apa-apa, namun bagi produsen daging babi di AS, penamaan babi pada kata virus babi yang saat ini menyebar di Meksiko mempengaruhi usaha daging babi mereka sehingga para pejabat AS mengusulkan perubahan nama flu babi.

Dalam suatu taklimatnya, Menteri Keamanan Dalam Negeri Janet Napolitano dan Menteri Pertanian Tom Vilsack dengan berat hati berulangkali menyebut flu itu dengan virus “H1N1″.

“Ini bukan penyakit yang ditularkan oleh makanan, tapi virus. Tidak tepat merujuknya sebagai flu babi karena sungguh bukan itu masalahnya,” kata Vilsack.

Israel sudah menolak nama flu babi, dan memilih menyebutnya “flu Meksiko”. Seperti pada agama Islam, agama Yahudi yang dianut warga Israel melarang pemeluknya makan daging babi.

Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, yang berpusat di Paris, juga keberatan dengan nama tersebut, dan mengatakan virus berunsur virus unggas dan manusia itu sejauh ini tak ditemukan seekor babi menderita karena penyakit tersebut.

Selain itu, ada perasaan yang berkembang di sektor pertanian untuk menyebutnya virus Amerika Utara, meskipun ahli penyakit Anthony Fauci mengatakan dalam dengar pendapat di Senat bahwa rancangan “flu babi” mencerminkan protokol penamaan ilmiah.

Bagi produsen daging babi di AS, nama flu babi telah merugikan, sehingga para pejabat pemerintah mengambil sikap dengan menegaskan bahwa daging babi Amerika aman dimakan dan negara lain tak perlu melarang impor.

“Harga daging babi, kedelai dan jagung telah anjlok dalam dua hari belakangan dan jika ini berlanjut, tentu saja ada potensi besar. Itu sebabnya mengapa penting untuk meluruskan ini,” kata Vilsack.

Di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga ada pembicaraan untuk melucuti kata “babi” dari nama flu babi, yang dikatakan penjabat Direktur CDC Richard Besser mengarah kepada salah penafsiran bahwa orang dapat terserang penyakit tersebut dari babi.

“Itu tak menguntungkan produsen daging babi. Itu juga tak membantu orang yang makan daging babi. Pun tak membantu bagi orang yang ingin mengetahui bagaimana mereka bisa terinfeksi oleh virus ini,” kata Besser. (*)

Sumber: ANtara


[ Rabu, 29 April 2009 ]
Virus Flu Babi Meluas, Belum Masuk ke Asia

JAKARTA - Ancaman wabah flu babi (swine flu) terus meneror penduduk bumi. Di tengah upaya pencegahan dan penyembuhan, jumlah korban tewas malah bertambah. Di Meksiko, episentrum penyebaran, hingga tadi malam 152 orang diyakini meninggal akibat mengidap flu babi dan lebih dari 1.600 orang diduga membawa virus berbahaya tersebut. Di luar Meksiko, sedikitnya 16 negara melaporkan adanya kasus infeksi virus flu babi, baik yang sudah dikonfirmasi maupun belum.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa virus itu kini sudah menyebar sehingga strategi pengurungan sulit dilakukan. Berbagai negara memperketat pengawasan di perbatasan, termasuk bandara internasional. Namun, WHO menilai, kontrol perbatasan hanya sedikit sekali membantu mengontrol penyebaran virus semacam itu. ”Kontrol perbatasan hampir tidak berfungsi. Pemindaian tidak berguna juga,” kata Juru Bicara WHO Gregory Hartl di Jenewa, Swiss, tadi malam.

Jumlah kasus flu babi yang telah dikonfirmasi di Amerika Serikat terus meningkat menjadi 44 kasus. Di Inggris dan Spanyol terdapat pasien yang mengidap flu babi sehingga menjadi kasus pertama di Eropa. Sementara Kanada memiliki enam kasus dan Selandia Baru telah menyatakan korban pertama flu babi di negara tersebut.

Sebanyak 70 orang yang diduga mengidap flu babi terus diawasi di Australia. Demikian pula di Swedia dan Swiss, yang masing-masing memiliki lima kasus. Korea Selatan juga sedang menyelidiki satu kasus yang diduga virus flu babi. Satu orang di Israel juga mengidap flu babi. Itu merupakan kasus pertama flu babi di Timur Tengah.

Penyebaran flu babi juga berdampak kepada nilai saham dan harga minyak. Sebab, penyebaran virus itu akan menghancurkan sektor industri penerbangan dan menurunkan permintaan minyak.

Kondisi yang memburuk itu membuat WHO meningkatkan status siaga flu babi menjadi kondisi darurat global di level empat. Status itu berarti virus telah menular antarmanusia secara berkesinambungan dan menyebabkan kejadian luar biasa di minimal satu negara. ”Saat ini pencegahan saja tidak cukup karena virus telah menyebar ke sejumlah negara,” ujar Asisten Direktur Jenderal WHO Keiji Fukuda.

Indonesia Bisa Kena

Hingga tengah malam tadi, belum ada kabar bahwa wabah flu babi merembet ke Indonesia. Namun, Menteri Kesehatan (Menkes) Siti Fadilah Supari menganggap ada yang janggal dengan penetapan WHO bahwa tahap penyebaran flu babi di fase empat. Padahal, WHO sendiri mengatakan, virus H1N1 telah menular dari manusia ke manusia. Penyebarannya juga cukup luas. Karena itu, sekolah-sekolah maupun pertandingan sepak bola di Meksiko layak ditutup.

Siti menjelaskan, jika tingkat penularan virus antarmanusia, seharusnya penyebaran virus itu telah memasuki fase lima. ”Lha ini mengapa saya tidak tahu. Yang pasti, saya menganggap ini tidak konsisten,” ujarnya di gedung Depkes kemarin.

Siti menjelaskan, penyebaran virus pada fase III dan IV artinya telah ditemukan ada manusia yang terinfeksi virus H1N1 yang mematikan itu. Namun, hingga kini belum ditemukan adanya penularan antarmanusia. Sementara fase V artinya telah ditemukan manusia yang terinfeksi H1N1 dan menular antarmanusia (human to human) dalam kelompok luas. ”Jika sudah pada fase VI, artinya terjadi pandemi,” ungkapnya. ”Kalau baru fase IV, mengapa pertandingan sepak bola harus ditutup segala,” ujarnya.

Menkes menegaskan, hingga kini flu babi belum sampai di Asia. Mengulang penjelasan pada rapat kabinet terbatas Senin lalu (27/4), virus H1N1 termasuk tipe influenza A yang tahan di daerah subtropis. Bukan di daerah tropis seperti Indonesia. ”Kalaupun virus itu akan bermutasi, saya pikir membutuhkan waktu yang cukup lama. Kemungkinan bisa ratusan tahun,” bebernya.

Karena itu, Menkes menilai, kebijakan travel warning belum saatnya diberlakukan. Siti hanya mengimbau masyarakat yang melakukan perjalanan ke negara yang terjangkiti flu babi agar memeriksakan kesehatannya.

Namun, penjelasan Menkes itu, rupanya, tidak berdasar. Peneliti virus flu burung di Laboratorium Universitas Airlangga Dr Chairul Anwar Nidom drh mengatakan, perbedaan penyakit berdasar geografis wilayah seperti, wilayah subtropis dan tropis, tidak bisa dipergunakan sebagai pegangan utama. ”Seperti dulu, penyakit malaria dan demam berdarah hanya bisa ditemukan di wilayah tropis. Tapi, ternyata sekarang bisa ditemukan di wilayah subtropis,” ujarnya kemarin.

Kondisi itu diperkuat adanya perubahan iklim yang terjadi di seluruh bagian dunia. Maka, perubahan penyakit dari satu wilayah ke wilayah yang lain sangat mungkin terjadi.

Karena itu, lanjut dia, peluang penularan virus flu babi ke Indonesia sangat mungkin terjadi. Pakar flu burung yang menyebut flu babi sebagai virus flu babi subtipe H1N1 varian Meksiko itu lebih lanjut menjelaskan, virus flu babi subtipe H1N1 varian Meksiko memiliki struktur sel bagian luar yang sama dengan struktur sel virus flu pada manusia sehingga memungkinkan untuk terjadi penularan dari manusia ke babi maupun sebaliknya. ”Dengan demikian, terjadinya penularan ke orang Indonesia masih terbuka lebar,” kata pria yang juga peneliti di Tropical Disease Diagnostic Canter (TDDC) Unair itu.

Pada bagian lain, pemerintah akan memindahkan dana Komisi Nasional (Komnas) Flu Burung untuk menangkal masuknya virus flu babi tipe H1N1 ke Indonesia. ”Jumlahnya mungkin sekitar Rp 38 miliar,” ujar Menteri Keuangan sekaligus Menko Perekonomian Sri Mulyani di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian kemarin.

Sumber: Jawapos



Flu Burung Lebih Berbahaya Katimbang Flu Babi

KESRA– 28 APRIL: Menkes Siti Fadilah Supari menyatakan bahwa virus flu burung (H5N1) jauh lebih berbahaya dari virus flu babi (H1N1) terutama untuk wilayah tropis seperti Indonesia. Pasalnya, diprediksi virus H1N1 tidak akan mampu hidup di daerah tropis karena biasanya virus ini hidup di daerah empat musim.

”Masyarakat Indonesia tak perlu panik. Di Meksiko dan Amerika Serikat marak kasus flu babi saat musim dingin, di saat musim semi dan panas virus itu tak dapat bertahan,” ujar Menkes kepada pers, Selasa (28/4).

Menurut Menkes, virus H5N1 jauh lebih berbahaya dari H1N1 bisa terlihat dari data-data yang sudah ada. ”Jika diibaratkan, 100 penderita flu babi kemungkinan meninggal adalah 6 orang, sementara 100 penderita flu burung kemungkinan meninggal bisa mencapai 80 orang,” jelasnya.

Lebih jauh Menkes menyatakan penyakit flu babi (swine flu) adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi. ”Secara umum penyakit ini mirip dengan influenza (Influenza Like Illness-ILL, red),” cetusnya.

Dengan maraknya flu babi di Meksiko dan AS, kata Menkes Departemen Kesehatan (Depkes) telah melakukan langkah-langkah untuk kewaspadaan dan pencegahan agar tidak menyebar ke Indonesia. Di Indonesia, lanjut dia, jumlah babi sebenarnya tak terlalu banyak karena lebih dari 85 persen penduduk Indonesia adalah Muslim. ”Selain itu kami juga meminta stop impor daging babi,” jelasnya.

Adapun langlah-langkah yang dilakukan Depkes, ujar Menkes, adalah memasang 10 thermal scanner untuk mendeteksi suhu badan di terminal kedatangan bandara internasional. Kemudian mengaktifkan kembali sekitar 80 sentinel untuk surveillance ILI dan Pneumonia, baik dalam bentuk klinik dan virologi.

”Kemudian menyediakan obat-obatan yang berhubungan dengan penanggulangan flu babi pada dasarnya adalah oseltamivir yang sama untuk H5N1,” tegasnya.

Langkah-langkah lainnya, kata Menkes, adalah menyiapkan 100 rumah sakit rujukan yang sudah ada dengan kemampuan untuk menangani kasus flu babi. Lalu menyiapkan kemampuan laboratorium untuk pemeriksaan H1N1 di berbagai laboratorium flu burung yang sudah ada. Menyebarluaskan informasi ke masyarakat luas dan menyiagakan kesehatan melalui desa siaga. Kemudian simulasi penanggulangan pandemi influenza yang baru dilakukan pekan lalu di Makassar.

”Ini juga merupakan upaya nyata persiapan pemerintah menghadapi berbagai kemungkinan kejadian luar biasa atau public health emergency international concern (PHEIC) seperti flu babi,” jelasnya.

Penularan lebih cepat

Menjangkitnya flu babi lebih mengkhawatirkan dibandingkan flu burung. Pakar Epidemiologi dari Australian National University (ANU), Profesor Paul Kelly, menyatakan flu babi memiliki tingkat kematian lebih rendah dibandingkan flu burung. Namun ia mengingatkan penyebaran flu babi lebih cepat.

Flu burung, kata dia, masih relatif tak terlalu cepat penyebarannya sebab perpindahan virus antarmanusia sulit terjadi. Sedangkan flu babi penularannya tinggi.”Flu burung terbatas dan tak terjadi seperti flu babi sekarang ini. Ini benar-benar sangat mengkhawatirkan,” katanya kepada radio ABC, Selasa (28/4).

Menurut Kelly, flu babi nampaknya disebabkan oleh virus yang selama bertahun-tahun kehadirannya dikhawatirkan oleh para pakar epidemiologi. Ini merupakan kombinasi dari virus dari berbagai binatang yang dengan mudah berpindah di antara manusia. Penularannya terjadi dengan cepat.

Menurut pakar biosekuriti dari Curtin University, Perth, Profesor John Mackenzie, ancaman flu terakhir ini kemungkinan disebabkan oleh virus yang merupakan kombinasi dari paling tidak dua tipe virus babi dan satu gen virus burung. Ia mengatakan pada hari-hari mendatang akan menjadi masa yang krusial.

Terutama, kata Mackenzie, saat menentukan apakah dunia telah menghadapi sebuah pandemik. ”Saya kira, kita berada dalam kondisi abu-abu di mana kita tidak tahu apakah ini akan menjadi sebuah pandemik atau tidak,” katanya. (ro/hr)

Sumber: DISINI


1 Fase Lagi, Flu Babi jadi Wabah Global
Kamis, 30 April 2009 - 09:20 wib

JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu kemarin, meningkatkan status wabah flu babi menjadi “fase 5″. Ini satu tingkat di bawah level tertinggi pandemic virus yang yang telah menewaskan setidaknya 160 orang itu.

Direktur Jenderal badan PBB itu, Margeret Chan mengatakan, jika dikeluarkan keputusan untuk menaikkan status menjadi “fase 6″ atau yang tertinggi, maka seluruh negara harus “secepatnya” mengaktifkan rencana persiapan pandemic sebagai wabah penyakit global.

Fase 6 berarti, “satu komunitas terjangkit virus dalam setidaknya satu negara lain di kawasan yang berbeda.” Artinya jika di luar Amerika Utara terdapat laporan kasus positif dlu babi dan menjangkiti satu komunitas dalam satu negara itu, maka WHO akan menaikkannya menjadi “fase 6″.

“Perubahan status level ini merupakan kesempatan bagi pemerintah, menteri-menteri kesehatan, dan pihak lainnya untuk mempersiapkan segala kebutuhan, termasuk penyediaan obat-obatan,” kata Chan seperti dikutip CNN, Kamis (30/4/2009).

Pengumuman itu dikeluarkan setelah flu yang dikenal dengan H1N1 itu menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Rabu kemarin, satu balita dilaporkan meninggal di Amerika Serikat. Ini merupakan korban tewas pertama virus flu babi di luar Meksiko.

WHO dan beberapa negara mengonfirmasi terdapat 148 kasus di sembilan negara. Sebagian besar kasusu dilaporkan di Amerika Serikat, di mana Pusat Pengendali Penyakit dan Pencegahan (CDCP) mengumumkan sudah ada 91 kasus di negara itu.

Para peneliti masih menyelidiki bagaimana virus flu babi dapat menyebar dari manusia ke manusia. Dilaporkan hingga saat ini sekira 2.700 orang di seluruh dunia terjangkit dan menjadi suspect flu babi.

Di Meksiko sendiri, pemerintah menutup 35.000 tempat-tempat umum serta membatasi jam buka restoran. Warga juga memilih tidak keluar rumah sebagai upaya mencegah penyebaran flu babi.
(ton)

Sumber: DISINI


Flu Burung, Flu Babi, Sebuah Tanda Tanya
Kamis, 30/04/2009 10:06 WIB

Kekhawatiran warga dunia terhadap ancaman penyakit flu burung belum reda, kini kita sudah diguncang lagi dengan ancaman penyakit baru flu babi. Penyebaran virus influenza tipe A H1N1 ini bahkan lebih cepat dibandingkan flu burung, sehingga WHO meningkatkan kesiagaan dari tingkat empat ke tingkat 5, yang artinya flu babi ini sudah mendekati tahap pandemi atau akan menjadi wabah yang mengglobal.

Saat ini, selain di Meksiko, negara AS, Inggris, Kanada, Spanyol dan Israel memkonfirmasi ada warganya yang sudah terkena virus flu babi. Bagaimana dengan Indonesia? Untuk sementara kita mungkin masih bisa bernapas lega karena Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengatakan bahwa virus flu babi hanya mampu hidup dalam cuaca dingin, dan tidak bisa bertahan di daerah berhawa tropis.

Munculnya penyakit-penyakit menular yang berasal dari virus yang dibawa oleh hewan, seperti AIDS yang katanya dari monyet, flu burung dan sekarang flu babi, selayaknya menggelitik kita dengan pertanyaan-pertanyaan kritis, darimana semua virus-virus itu datang, apakah mungkin sebuah virus atau penyakit bisa muncul begitu saja atau adakah yang sengaja membuat dan menyebarkannya?

Sebuah buku berjudul “Deadly Mist, Upaya Amerika Merusak Kesehatan Manusia” yang ditulis Jerry D Gray mungkin bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu, tanpa bermaksud untuk melontarkan tuduhan pada satu pihak, tapi sebagai bahan pemikiran yang bisa membuat kita lebih waspada terhadap berbagai ancaman penyakit menular yang muncul dalam beberapa tahun belakangan ini.

Jerry D Gray adalah warga negara AS keturunan Jerman yang pernah bergabung di dinas Angkatan Udara AS. Gray yang kini menetap di Indonesia juga seorang mualaf yang aktif berdakwah dan menulis buku berisi kajian kritisnya tentang politik dan media massa di AS.

Dalam bukunya “Deadly Mist” Gray secara gamblang memaparkan peran AS dalam pembuatan zat-zat biologi dan kimia yang berbahaya bagi manusia, seperti MSG, Aspartam (gula buatan), fluoride dan zat-zat mematikan lainnya. Penggunaan senjata biologi bahkan sudah dilakukan dalam penaklukan benua Amerika untuk “memusnahkan” orang-orang Indian, penuduk asli benua itu.

Dalam buku tersebut Gray juga memaparkan konspirasi jahat dibalik penyebaran virus AIDS, Antrax sampai flu burung dan membeberkan bahwa bibit-bibit penyakit itu telah dengan sengaja dikontaminasikan pada manusia sebagai uji coba bahkan untuk kepentingan industri obat-obatan mereka untuk meraup keuntungan. Yang lebih kejam lagi, AS juga tega menjadikan rakyatnya sendiri sebagai target uji coba bahan kimia dan biologi berbahaya buatan mereka.

Menurut Gray, semua itu dilakukan bukan tanpa alasan. Zat-zat kimia dan biologi berbahaya, bibit penyakit dan virus-virus dan vaksin sengaja diciptakan dan disebarkan ke manusia untuk satu tujuan, keamanan nasional dan mewujudkan apa yang disebut Tatanan Dunia Baru, World New Order. Dalam buku itu Gray menyebutkan bahwa sejak Perang Dunia II, AS dan pimpinan Nazi, Adolf Hitler secara rahasia berkolaborasi untuk mewujudkan Tatanan Dunia Baru itu. Para pengusung New World Order ini punya misi rahasia yaitu;

1. Menciptakan satu pemerintahan dunia
2. Menciptakan satu pemimpin dunia
3. Menciptakan satu kepercayaan (baru) dunia
4. Menjaga dan melindungi ras unggul (orang-orang kulit putih sehat, melalui pengendalian jumlah penduduk)
5. Menjadikan warga negara dunia ketiga sebagai pembantu atau buruh.

Untuk mencapai misi itulah mereka menciptakan zat-zat kimia dan biologi berbahaya, bibit penyakit dan virus-virus mematikan sebagai “senjata pemusnah massal yang efektif” untuk melakukan seleksi terhadap ras unggul manusia itu, bahkan membuat obat-obatan yang sejatinya adalah racun bagi tubuh manusia sehingga manusia menjadi sakit dan lemah sehingga mereka tidak bisa melakukan perlawanan, bahkan terancam kematian massal sebagai alat pengendalian penduduk dunia tadi.

Lalu, adakah flu babi yang sedang mewabah ini bagian dari konspirasi jahat itu? Wallahualam bishowab. Semoga Allah swt senantiasa melindungi kita dari segala bentuk kejahatan dan penyakit dan senantiasa memberi memberikan petunjuk pada kita yang benar adalah benar dan yang jahat adalah jahat.

Sumber: DISINI

Ikhwan : Virus Flu Babi Lebih Serius daripada Bom Hidrogen
Kamis, 30/04/2009 06:00 WIB

Kelompok oposisi terbesar Mesir - Ikhwanul Muslimin dalam sebuah simposium mengenai kesehatan pada hari rabu kemarin mengatakan bahwa persoalan Flu babi lebih serius daripada bom hidrogen.

Sampai saat ini belum ada laporan kasus flu babi telah menyebar di Mesir, meskipun parlemen di kairo dalam votingnya pada selasa yang lalu memutuskan untuk memusnahkan sekitar 250.000 ternak babi yang ada di negara tersebut sebagai tindakan pencegahan terhadap penularan virus.

Ikhwanul Muslimin meskipun menjadi organisasi terlarang di Mesir namun organisasi ini merupakan kelompok oposisi terbesar di parlemen dan memberikan suara mendukung putusan yang diambil oleh parlemen Mesir, dan pada Rabu kemarin mereka mengatakan bahwa maraknya flu babi menunjukkan kebenaran ajaran Islam yang melarang umat Islam untuk mengkonsumsi babi.

“Ini adalah bukti dari rahmat Allah dalam syariah Islam untuk mengizinkan semua yang baik dan melarang semua hal yang buruk. Kita jadi mengerti dan mendapat hikmah dari dilarangnya mengkonsumsi Babi atau kita tidak dapat mengerti kenapa hal tersebut dilarang. Tapi akhirnya waktu yang membuktikan kebenaran ajaran Allah SWT tersebut, kata Syaikh Al-Sayid Askar dalam sebuah simposium kesehatan yang berkaitan dengan virus flu babi pada Rabu kemarin - yang acara tersebut di sponsori oleh Ikhwan.

Meskipun belum ada kasus flu babi yang terjadi di Mesir, tetangga negara tersebut Israel telah melaporkan dua warganya yang baru pulang dari Mexico telah terkena virus flu babi itu.

Perwakilan dari WHO di Mesir menegaskan bahwa negara Mesir telah dilengkapi dengan baik untuk menghadapi virus tersebut, karena sebelumnya Mesir telah berpengalaman mengatasi kasus virus flu burung.

Islam adalah agama mayoritas dari penduduk Mesir, sekitar 80 juta rakyat Mesir adalah Muslim dan dalam ajaran Islam telah melarang untuk menkonsumsi babi.(fq/earthtimes)

Sumber:
DISINI


Antisipasi Flu Babi: Pemerintah Mesir Bersihkan Negerinya dari Babi
Kamis, 30/04/2009 09:17 WIB

Meningkatnya korban flu babi dari hari ke hari telah membuat berbagai negara cemas dan sedini mungkin melakukan upaya pencegahan. Antisipasi yang dilakukanpun beragam, dan bentuk pencegahan yang berani diambil oleh pemerintah Mesir, yaitu dengan melakukan pembersihan hewan babi secara massal.

Menteri Kesehatan Mesir, Hatim Al Jabali usai menemui Presiden Husni Mubarak pada hari Rabu (28/4) kemarin mengatakan, bahwa pemerintah tengah mengambil kebijakan untuk melakukan penyembelihan besar-besaran terhadap seluruh babi yang ada di Mesir. Langkah ini diambil sebagai antisipasi kemungkinan menyebarnya virus mematikan tersebut di negara Mesir.

Kebijakan pemerintah ini mendapati banyak dukungan, diantaranya datang dari Prof. Dr. Adil Abdul Azhim, dosen di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Kairo, Mesir. Dirinya mengatakan sepakat dengan langkah yang diambil oleh pemerintah, tentunya dibarengi dengan penyadaran kepada para peternak babi bahwa kebijakan ini diambil bukan untuk menutup pintu mata pencarian mereka, namun untuk kemaslahatan diri mereka sendiri, dan pemerintah siap memberikan kompensasi dari apa yang dilakukan.

Abdul Azhim juga meminta kepada pemerintah untuk sesegera mungkin melaksanakan hal ini, mengingat meningkatnya usaha ternak babi dan lokasinya yang sulit diditeksi, karena tak sedikit mereka yang memelihara babi meletakkannya satu kandang dengan burung dan hewan ternak lainnya.

Langkah yang diambil pemerintah Mesir ini sebagai upaya pencegahan setelah kasus flu burung beberapa waktu lalu menewaskan 26 orang warganya. Dari parlemen, para wakil rakyat juga tengah mendesak pemerintah untuk segera menyembelih sebanyak 250.000 ekor babi yang peternakannya tersebar di Mesir.

Di negeri Musa ini pengkonsumsi babi sangat sedikit, karena penduduknya mayoritas adalah muslim. Dan hanya orang-orang kristen Mesir saja yang berternak babi. Kebijakan pemerintah ini pun kini masih mendapat banyak protes dari para peternak babi, karena pekerjaan tersebut merupakan mata pencarian hidup mereka. Sehingga pemerintah Mesir dinilai masih harus intens memberikan penyadaran kepada para peternak babi sebelum lebih jauh melakukan pembersihan secara besar-besaran.

Sumber: DISINI


Meksiko Tuding Babi dari Asia Penyebab Flu
Kamis, 30 April 2009 - 10:22 wib

MEXICO CITY - Direktur Pusat Pengendali Penyakit Nasional (NCDC) Meksiko, Miguel Angel Lezana, mengatakan informasi genetik dalam virus H1N1 menunjukkan kesamaan dengan babi berasal dari Asia Tengah dan Timur.

“Ini merupakan sesuai dengan virus flu babi Eurasia. Ini membuktikan bahwa virus tidak terjangkit pada babi di benua Amerika,” kata Lezana seperti dikutip Telegraph.uk, Kamis (30/4/2009).

Manusia pertama di dunia asal Meksiko yang diketahui terjangkit virus flu babi, Edgar Hernandez, menderita flu biasa pada awal Maret. Namun setelah dilakukan pemeriksaan ulang saat wabah flu babi menyebar ke seluruh dunia, peneliti memeriksa kembali Edgar dan dinyatakan positif flu babi.

Edgar tinggal di desa La Gloria dekat dengan peternakan babi. Dari sinilah timbul spekulasi bahwa babi-babi di daerah itu yang menyebarkan virus H1N1.

Namun Lezana membantah jika babi di daerah La Gloria terinfeksi H1N1. “Virus itu benar-benar tidak terlihat bermutasi dengan babi di La Gloria,” ungkapnya.

Lezana menjelaskan, virus sepertinya di bawa dari orang yang bepergian dari Asia ke Amerika Serikat.

Imigran Meksiko yang kemudian membawa virus itu karena banyak warga La Gloria yang bekerja sebagai petani di daerah perbatasan.

Sumber: DISINI


Virus Flu Babi itu Berawal dari Seorang Bocah 5 Tahun
Rabu, 29 April 2009 - 16:52 wib

MEXICO CITY - Para dokter di Meksiko memfokuskan penyelidikan mereka terhadap seorang bocah yang tinggal dekat peternakan babi. Bocah itu dipercaya sebagai manusia pertama yang terjangkit virus yang telah menewaskan ratusan orang dan menyebar di empat benua itu.

Untuk itu Edgar Hernandez, nama bocah itu, disebut sebagai “Patient Zero” oleh para dokter.

Edgar tinggal dengan keluarganya di desa La Glorin negara bagian Veracruz. Di tempat itu ditemukan kasus flu babi untuk pertama kalinya pada 2 April. Otoritas negara bagian sempat mengambila sample darah puluhan penduduk untuk diperiksa.

Hasil pemeriksaan laboratorium menyebutkan Edgar satu-satunya orang di Veracruz yang positif terinfeksi virus flu babi. Sementara yang lainnya hanya terkena flu biasa. Pejabat kesehatan kemudian memeriksa kembali sample Edgar setelah wabah flu babi menjalar ke seluruh Meksiko dan membunuh ratusan orang.

“Dalam kasus ini, ada satu pasien yang positif terjangkit virus flu babi. Dengan pengecualian, saat itu tidak ada di daerah lain di dunia terjadi epidemic wabah ini.” kata Jose Angel Cordova Menteri Kesehatan Meksiko seperti dikutip CNN, Rabu (29/4/2009).

Meski demikian, ibu Edgar dan warga La Gloria lainnya membantah jika virus H1N1 itu berasal dari babi-babi di wilayah itu. Otoritas telah melakukan pemeriksaan di peternakan milik perusahaan Amerika Serikat Smithfield Foods dan hasilnya menunjukkan negatif.

Otoritas kesehatan Meksiko menyebutkan, hingga saat ini, korban tewas flu babi sudah mencapai 159 orang. Selain itu 2.500 masuk katagori suspect.

Sumber DISINI


Setiap Tahun, 500 Ribu Orang di Dunia Meninggal karena Flu
Rabu, 29 April 2009 - 09:25 wib

WASHINGTON - Rata-rata sebanyak 250.000 hingga 500.000 orang meninggal karena flu biasa setiap tahunnya di seluruh dunia. Di Amerika Serikat saja, sudah ribuan yang meninggal sejak Januari tahun ini.

Jumlah itu diprediksi terus meningkat hingga akhir tahun ini. Setiap pekan, ada ratusan orang yang tewas karena virus flu.

Belum ada laporan jumlah orang tewas akiban flu babi di Amerika Serikat hingga Selasa. Namun flu biasa saja sudah menimbulkan efek yang luar biasa.

Para ahli mengkhawatirkan wabah flu babi akan terus menyebar dan sulit dihentikan karena belum ditemukan vaksin untuk mencegahnya.

Para ahli mengatakan, meski AS dijangkiti flu yang juga dikenal dengan H1N1 itu, jumlah korban tewas tak akan melebihi flu biasa yang mencapai bisa 36.000 orang setiap tahun di AS.

“Itu merupakan hitungan tahunan,” kata Brian Currie wakil presiden direktur Montefiore Medical Center di Bronx New York, seperti dikutip CNN, Rabu (29/4/2009).

Berdasarkan data Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit (CDCP) AS dalam laporan pekanannya, sepanjang tahun ini sudah 13.000 lebih yang meninggal karena komplikasi dari flu musiman.

Setiap pekannya, rata-rata sebanyak 800 meninggal setiap pekan mulai 1 Januari hingga 18 April. Laporan itu berdasarkan pantauan CDCP di 122 kota besar AS.

Meski demikian korban tewas akibat flu biasa banyak memakan korban jiwa dari kelompok lanjut usia. Currie mengatakan, sembilan dari sepuluh yang meninggal, berusia di atas 65 tahun. Ini berbeda dengan flu babi, yang justru banyak menyerang usia 20 hingga 50 tahun.

Sumber: DISINI

No comments:

Post a Comment


By Master Digital e Template By aRie