Tuesday, August 11, 2009

Sel Imun Penyebab Kerusakan Otak Semakin Parah Pasca Stroke



Para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok sel imun yang membanjiri otak pasca stroke yang justru menyebabkan peradangan dan kerusakan saraf lebih lanjut.

Dalam sebuah eksperimen, para peneliti Jepang menunjukkan bagaimana tikus yang kebanyakan sel imun ini menderita kerusakan otak lebih parah setelah stroke dibanding dengan tikus normal.

Ketua penelitian Akihiko Yoshimura di Keio University's School of Medicine, Tokyo menjelaskan bahwa ketika kerusakan utama dari stroke tak bisa dicegah, obat-obatan bisa digunakan untuk membatasi kerusakan kedua yang disebabkan oleh sel imun yang menggenangi area yang mengalami infraksi atau stroke.

" Kerusakan pertama terjadi segera setelah terjadinya stroke, kita tak bisa membatasi karena terjadinya dalam waktu singkat," kata Yoshimura.

"Tapi setelah kerusakan saraf, makrophagus dan T-sel ( dua jenis sel imun) masuk ke area ini dan peradangan terjadi sebagai perkembangan infraksi. Kita bisa membatasi kerusakan kedua ini dengan menekan peradangannya," katanya.

Sistem pertahanan alami tubuh memproduksi sel imun untuk untuk memerangi serangan virus dan bakteri saat terjadi perlukaan. Sayangnya mekanisme yang sama juga terjadi saat terjadi stroke.

Yoshimura dan para koleganya memicu stroke pada sejumlah tikus dan mengobservasi bagaimana bagaimana banjir sel imun menyebabkan peradangan dan kerusakan yang lebih besar.

Satu dari grup sel imun yang masuk ke otak adalah interleukin-23 (IL-23)." IL-23 ini sendiri tak berbahaya, tapi ini mengaktifkan sel imun lain seperti T-sel dan makrophagus yang menyerang otak. Kejadiannya sama dengan dengan ketika tubuh terserang mikroba saat terjadi cedera," kata Yoshimura.

Tikus yang menderita kerusakan otak kecil, adalah tikus yang secara genetis dibuat kekurangan IL-23. "IL-23 bekerja cepat setelah stroke terjadi dan suatu hari nanti jika intervensi atau upaya membatasi IL-23 berhasil, kita bisa lebih melindungi otak," katanya.

Para ahli berharap temuan yang dipublikasikan di Nature Medicine pekan lalu ini bisa diaplikasikan. "Banyak pasien yang datang ke rumah sakit beberapa hari setelah stroke, jadi kita perlu metode terapetik untuk mencegah meluasnya infraksi sejak hari pertama stroke," kata Yoshimura.

Ia menambahkan bahwa percobaan antibodi IL-23 saat ini berada di percobaann klinikal fase 2. " Ini adalah apa yang biasa digunekan pada penyakit peradangan, seperti pada sindroma pencernaan. Jika ini berhasil kami akan mencobanya pada pasien stroke," katanya.
REUTERS



produksi sel imun (sel T) di Tangan

By Master Digital e Template By aRie